Disasterchannel.co,- Destinasi wisata di Indonesia seolah tidak ada habisnya untuk dikunjungi. Bila Sahabat DC ingin berlibur untuk menikmati pulau eksotis, maka disasterchannel.co merekomendasikan untuk memilih Pulau Seram untuk menghabiskan waktu libur kamu. Sebab pulau ini memiliki potensi potensi wisata, mulai dari Taman Nasional Manusela, Air terjun Lumoli yang memiliki struktur berundak yang unik, hingga Goa Akohi yang memiliki stalaktit yang sangat memukau.
Bukan disasterchannel.co kalau tulisannya tidak ada informasi mengenai bencana. Kali ini disasterchannel.co ingin mengajak Sahabat DC untuk berwisata sambil mengetahui potensi bencana yang ada di Pulau Seram melalui artikel ini.
Di balik eksotisnya Pulau Seram yang menawan, daerah ini juga memiliki potensi bencana yang perlu diketahui oleh kita semua. Jika dilihat dari bentuknya, pulau ini memiliki bentuk yang unik yang berada di zona penujaman lempeng atau zona subduksi. Zona Penujam merupakan suatu tempat dimana terjadinya gempa bumi di sekitar tempat pertemuan antara dua lempeng, lempengan tersebut saling bergerak dan saling bertumbukan yang dikenal dengan sebutan kolisi (collision) yang mengakibatkan gempa. Tak heran jika ternyata banyak catatan sejarah gempa dan tsunami yang pernah terjadi di pulau ini yang tertuang dalam data berikut:
Gempa 17 Februari 1674
Menurut katalog SL Sloviev pada tanggal 17 Februari 1674 sekitar jam 19:30 dan 20:00 telah terjadi gempa yang besar disertai tsunami, yang terjadi di wilayah Ambon dan sekitarnya. Akibat dari bencana tersebut Pulau Ambon mengalami kerusakan yang cukup parah, selain itu terdapat korban jiwa berupa 79 etnis cina dan 7 orang eropa akibat tertimpa bangunan. Sayangnya dalam katalog SL Sloviev maupun rujukan dari katalog tersebut yaitu laporan Wichmann, tidak mencatat berapa jumlah korban dari pihak warga pribumi.
Sementara itu, di Pulau Seram terlihat beberapa kapal yang terdampar akibat dari terjangan ombak tsunami. Bahkan di antara masyarakat Pulau Seram maupun di Kepulauan Ambon mendengar suara dentuman yang keras ketika gempa terjadi. Terdapat laporan bahwasannya di daerah Teluk Tanuno mengalami banjir akibat tsunami tersebut, akan tetapi tidak sampai memakan korban.Bila kita melihat peta Belanda dengan judul Overzichtskaart van het Eiland Seran pada tahun 1890, yang dipublikasikan oleh Universitaire Bibliotheken Leiden, kita bisa melihat tulisan Tanoenoe dalam Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama. Jika kita melihat peta sekarang daerah Tanuno berada di sekitar Pantai Nanumomi Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku.

Gempa 30 September 1899
Pada tahun 1899, terjadi gempa bumi dengan sumber berada di lepas pantai selatan Pulau Seram. Bahkan seorang geologis asal Belanda yang bernama Veerbek menyelidiki kejadian tersebut. Menurut Verbeek, gempa yang terjadi dirasakan cukup keras oleh masyarakat sekitar.
Daerah Waesamu adalah daerah yang cukup parah terdampak oleh gempa. Bahkan, terdapat retakan tanah sesaat gempa terjadi. Bangunan gereja dicatat rusak akibat gempa yang terjadi kala itu.
Gempa 14 Maret 2006
Sekitar 17 tahun yang lalu, Pulau Seram kembali mengalami gempa yang disusul oleh tsunami, tepatnya pada 14 Maret 2006. Bahkan menurut Katalog Gempa Bumi Signifikan dan Merusak 1821- 2017 yang diterbitkan oleh BMKG, gempa ini juga mengakibatkan likuifaksi. Gempa yang terjadi memiliki kekuatan 6,4 Magnitudo yang berdampak besar di Pulau Ambon, Seram dan Buru. Akibat dari bencana tersebut 231 rumah rusak barat dan 46 rumah rusak ringan. 3 orang meninggal dari Desa Batu Jungku. Gempabumi ini menyebabkan 143 keluarga mengungsi atau sebanyak 663 orang dari Desa Pella, daerah Batabual.
Menikmati senja di Pantai Nanumomi menjadi akhir dari cerita kita pada hari ini. Indahnya cahaya jingga matahari terbenam yang terefleksi sempurna pada setiap lekukan ombak membuat pikiran terasa damai. Sesekali kedamaian ini dapat terusik bila bencana datang menghampiri. Kita perlu ketahui bahwa wilayah ini memiliki ancaman bencana gempa yang perlu diwaspadai. Biarkanlah siang berganti malam terus terjadi, namun jangan sampai kita lupa akan sejarah bencana di pulau ini.
Penulis : Abdurrahman Heriza
Editor : Lien Sururoh
Sumber:
Rahmat Triyono, Tiar Prasetya, Daryono, Suci Dewi Anugrah, Ajat Sudrajat, Urip Setiyono, Indra Gunawan, et al. “KATALOG TSUNAMI INDONESIA TAHUN 416-2018.” Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, July 19, 2019. https://cdn.bmkg.go.id/Web/Katalog-Tsunami-Indonesia-pertahun-416-2018.pdf.
S.L Soloviev and Ch.N.Go. “A catalogue of tsunamis on the western shore of the Pacific Ocean (173-1968).” Nauka Publishing House, Moscow dan Canada Institute for Scientific and Technical Information National Research Council Ottawa, Ontario, Canada KlA 0S2, 1974.
Supartoyo, Surono, and Eka Tofani Putranto. Katalog Gempa Bumi Merusak Di Indonesia 1612 – 2014. 5th ed. Jl. Diponegoro no. 57 Bandung: MENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI, 2014.
Urip Setiyono, S.Si, M.DM., Indra Gunawan, S.Si, M.Phil., Priyobudi, S.T, M.Si., Yatimantoro, S.Si, M.DM., Hidayanti, S.Si., Septa Anggraini, S.ST., Resty Herdiani Rahayu, S.ST., et al. “Katalog Gempa yang Signifikan dan Merusak.” BMKG, 2018.
“D C 13,3 | Digital Collections.” Accessed March 17, 2023. https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/816869.
Photo: mongabay.co.id