Tsunami Selat Sunda dari Masa ke Masa

PUBLISHED

Disasterchannel.co – Jelang akhir tahun 2018 tepatnya 22 Desember, peristiwa tsunami yang diakibatkan letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda kembali terjadi. Tidak ada tanda-tanda gempa yang menyulut tsunami ketika itu. Sehari sebelumnya, pada 21 Desember 2018 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengumumkan erupsi Gunung Anak Krakatau berada di level waspada. Kemudian, pada 22 Desember 2018 pukul 07.00 WIB, BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi di sekitar perairan Selat Sunda.[1] Ketika itu sekitar pukul 21.27 WIB, gelombang ombak tinggi menerjang pantai di sekitar Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan. Awalnya, gelombang ombak tersebut dinyatakan sebagai gelombang pasang, namun akhirnya pihak yang berwenang meralatnya dan menyebut kejadian tersebut sebagai bencana tsunami. Menurut BMKG dan Badan Geologi, tsunami disebabkan karena longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Hingga tanggal 31/12/2018, korban meninggal tercatat sebanyak 437 orang, sedangkan korban yang dilaporkan hilang sebanyak 16 orang. Lebih dari 14 ribu orang mengalami luka-luka dan pengungsi mencapai 33.719 orang. Rumah yang rusak sebanyak 2.752 unit. Wilayah yang terdampak meliputi 6 kabupaten/kota, yaitu Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus, Pesawaran dan Bandar Lampung.[2]

Selain tsunami yang terjadi di penghujung akhir 2018, catatan sejarah menganai tsunami di dataran banten telah panjang tergores dalam beberapa tulisan. Berdasarkan sejarah, di Selat Sunda telah berkali-kali terjadi bencana tsunami yang tercatat dalam katalog tsunami. Tsunami yang terjadi ini disebabkan oleh beberapa fenomena geologi, diantaranya erupsi gunung api bawah laut Krakatau yang terjadi tahun 416, 1883, dan 1928; gempa bumi pada tahun 1722, 1852, dan 1958; dan penyebab lainnya yang diduga kegagalan lahan berupa longsoran baik di kawasan pantai maupun di dasar laut pada tahun 1851, 1883, dan 1889.[3]

Belajar dari kejadian tsunami selat sunda 2018 mengajarkan kita bahwa sebab tsunami itu bukan hanya akibat gempa. Semua kejadian di alam yang berpotensi menimbulkan tsunami disebut sebagai tsunamigenik, kejadian tersebut berupa terganggunya air laut oleh aktivitas gunung api, gempabumi, longsoran pantau dan bawah laut serta sebab-sebab lainnya. Hal menarik ditemukan bahwa terjadi dua kali tsunami pada tahun 1883 dengan penyebab yang berbeda. Berdasarkan dari katalog tsunami yang dibuat oleh BMKG tercatat bahwa padat 26 dan 27 Agustus 1883 terjadi tsunami yang diakibatkan oleh letusan Gunung Krakatau. Menyebabkan pemukiman tersapu gelombang, sekitar 36000 orang tewas dan 297 desa mengalami kerusakan.[4] Sementara menurut katalog Soloviev, tsunami kembali terjadi di Cikawung di Pantai Teluk Selamat Datang, teramati gelombang laut yang membanjiri pantai sejauh 75 meter. Tsunami ini dimungkinkan terjadi karena kegagalan lahan berupa longsoran baik di kawasan pantai maupun di dasar laut. Peristiwa longsoran di bawah laut dangat dipengaruhi oleh perbedaan kedalaman dasar laut. Dasar laut perairan Selat Sunda merupakan daerah labil, yang diakibatkan oleh perkembangan struktur geologi aktif, terutama berkaitan dengan struktur terban (gempa runtuh) Semangko. Keberadaan struktur terban ini berpontensi untuk terjadinya longsoran di bawah laut (submarine landslide)[5]

Sekarang Sobat DC sudah tahu, penyebab tsunami itu ternyata ada banyak. Berdasarkan catatan sejarah dan penelitian sebelumnya, mengungkap bahwa tsunami di Selat Sunda bisa diakibatkan oleh gempabumi, erupsi gunung api bawah laut Krakatau, longsoran di pantai dan longsoran bawah laut di sekitar Selat Sunda. Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda yang menyebabkan potensi bencananya berbeda pula. Sobat DC perlu mencermati daerah sekeliling dan mempelajari potensi bencana yang ada. (LS)

Sumber:

https://bnpb.go.id/uploads/24/info-bencana-desember-2018.pdf

Yudgicara dan Budiono K, 2008, Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog tsunami Soloviev. Juenal Geologi Indonesia, Vol.3 No. 4 Katalog Tsunami Indonesia Tahun 416 – 201


[1] https://regional.kompas.com/read/2018/12/24/11451351/8-fakta-tsunami-selat-sunda-pemicu-kejadian-hingga-korban-jiwa?page=all

[2] https://bnpb.go.id/uploads/24/info-bencana-desember-2018.pdf

[3] Yudgicara dan Budiono K, 2008, Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog tsunami Soloviev. Juenal Geologi Indonesia, Vol.3 No. 4

[4] Katalog Tsunami Indonesia Tahun 416 – 2018

[5] Yudgicara dan Budiono K, 2008, Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog tsunami Soloviev. Juenal Geologi Indonesia, Vol.3 No. 4