Media sosial merupakan bentuk dari perkembangan teknologi dunia digital telah membawa banyak perubahan besar terutama dalam cara manusia berkomunikasi dan memperoleh informasi. Salah satu hasil paling signifikan dari kemajuan ini adalah hadirnya media sosial, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti Facebook, Twitter (kini X), Instagram, dan TikTok bukan hanya digunakan untuk bersosialisasi, tetapi juga untuk menyebarkan informasi, membangun komunitas, hingga merespons kejadian penting secara real-time.
Ditengah persaingan ketat media sosial seperti tiktok, instagram, whatsapp ataupun media-media lain yang lebih digandrungi oleh berbagai generasi, facebook masih menjadi bagian penting bagi pengguna media sosial Indonesia untuk berkomunikasi. Dilansir dari Goodstat, Facebook ternyata masih bertahan dan bahkan berkembang secara signifikan. Menurut laporan Digital 2025 Indonesia, Facebook memiliki 122 juta pengguna di Indonesia per awal 2025, setara 43% dari total populasi.
Di Indonesia, penggunaan Facebook terus menunjukkan tren yang stabil. Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir (Oktober 2024 hingga Januari 2025), jumlah pengguna meningkat sebanyak 4,9 juta orang, atau sekitar 4,2%. Salah satu kekuatan utama Facebook terletak pada kemampuannya dalam membangun interaksi dan jejaring melalui fitur kolaboratif seperti Facebook Group, yang sering dimanfaatkan sebagai ruang diskusi dan wadah bagi komunitas-komunitas lokal untuk saling terhubung.
Ketika Media Sosial Menjadi Alat Tanggap Darurat

Dengan pengguna yang luas dan fitur interaktif yang mendukung terkoneksinya komunitas secara luas, Facebook juga mengembangkan berbagai inovasi yang baru dan sesuai dalam situasi krisis. Dalam hal ini salah satu contohnya adalah fitur Safety Check, yang dirancang untuk membantu pengguna mengkonfirmasi keselamatan diri mereka saat terjadi bencana atau kejadian darurat.
Dalam keterangannya Faceook dalam lamannya menuliskan, bagaimana cara fitur Safety Check ini bekerja adalah “Ketika terjadi insiden seperti gempa bumi, badai, penembakan massal, atau runtuhnya bangunan yang dapat membahayakan keselamatan masyarakat, lembaga pelaporan krisis global akan memberi peringatan kepada Facebook. Safety Check akan diaktifkan ketika orang-orang di area terdampak mulai memposting tentang kejadian tersebut. Setelah Safety Check diaktifkan, pengguna yang berada di wilayah tersebut mungkin akan menerima notifikasi dari Facebook untuk menandai diri mereka sebagai selamat. Pengguna yang mengklik notifikasi Safety Check juga dapat melihat apakah ada teman mereka yang berada di area terdampak atau sudah menandai dirinya sebagai selamat.”
Sebenarnya ini bukanlah fitur yang baru diluncurkan oleh facebook, fitur ini diluncurkan tahun 2014, yang pertama kalinya digunakan di Amerika Serikat tahun lalu setelah seorang penembak membantai 49 orang di klub malam di Orlando, Florida. Kemudian seiring berjalannya waktu facebook mengembangkan fitur tambahan seperti community help.

Di Indonesia sendiri fitur ini pernah muncul di beberapa momen bencana, baik bencana alam maupun sosial. Seperti saat gempa tsunami Sulawesi Tengah tahun 2018, tragedi kanjuruhan di Malang pada 2022 dan yang terbaru banjir di Jabodetabek pada 2025.
Baca juga: Bagaimana Peran Public Relations dalam Mitigasi Bencana?
Inovasi seperti fitur Safety Check menunjukkan bahwa media sosial seperti Facebook bukan sekadar platform komunikasi biasa, tetapi juga dapat menjadi alat tanggap darurat yang bermanfaat dalam situasi bencana. Kehadiran fitur ini juga menunjukan adanya pergeseran fungsi media sosial dari hanya ruang berbagi informasi menjadi ruang kolaboratif yang mendukung keselamatan dan solidaritas bagi penggunanya.
Penulis: Kori Saefatun
Editor: Nugrah
Sumber:
https://www.wired.com/story/facebook-safety-check-permanent-feature