Kenali Tanda Trauma Pada Anak Pasca Dilanda Bencana

PUBLISHED

Disasterchannel.co,- Seringkali kejadian bencana begitu memilukan dan berujung pada rasa trauma yang muncul kemudian. Terkadang rasa trauma justru cendrung diabaikan karena tak kasat mata namun dampaknya amat nyata. Semua orang dapat mengalami trauma, salah satunya adalah anak-anak korban bencana. American Psychiatric Association mendefinisikan trauma dalam dalam beberapa aspek, yaitu: 

  1. Trauma didefinisikan sebagai nyeri yang dialami oleh seseorang yang mempengaruhi psikologis dan fisik sehingga membawa dampak kepada kehidupan seperti menurunnya tingkat produktivitas dan aktivitas keseharian.
  2. Trauma terjadi karena peristiwa pahit apakah fisik atau mental yang menyebabkan kerusakan langsung ke tubuh atau kejutan pada pikiran
  3. Trauma terjadi karena ada kekhawatiran yang ekstrim atau kekhawatiran yang trauma oleh efek fisik dan psikologis yang dapat menyebabkan gangguan emosi yang dipicu oleh peristiwa pahit yang akut
  4. Trauma adalah peningkatan gejala tekanan (stress) yang menyebabkan gangguan emosi kepada anak atau siswa sekolah akan menyebabkan perubahan perilaku, perubahan emosi dan pemikiran
  5. Trauma juga dikatakan sebagai cedera tubuh yang disebabkan oleh energi fisik dari luar seperti tembakan, kebakaran, kecelakaan, tikaman senjata tajam, luka akibat berkelahi, diperkosa, kelalaian teknologi dan sebagaianya.

Saat terjadi bencana, lingkungan berubah secara drastis dan dapat memicu stress pada anak-anak. Rasa ketakutan dan was-was yang timbul dari munculnya dari kekhawatiran bencana susulan dan kesedihan yang terjadi karena kehilangan kerabat dekat atau teman juga dapat memicu gangguan psikologis pada anak-anak.   

Terdapat beberapa gejala fisik yang umumnya dialami oleh anak-anak ketika mereka sedang trauma, di antaranya adalah:

  1. Tubuh terasa panas: artinya anak mengalami deman dengan suhu badan sedikit meningkat, 
  2. Tenggorokan kering: biasanya anak menjadi malas makan karena tenggorokan kering, sulit untuk menelan, bahkan terasa pahit, 
  3. Kelelahan: anak merasa kecapaian, 
  4. tenggorokan mual: biasanya perut tidak nyaman, ingin muntah, 
  5. badan terasa lemah: biasanya anak akan merasa lesu, rewel, 
  6. Dada terasa sakit: anakanak sering batuk, sehingga mengelah dadanya sakit dan perih, 
  7. Detak jantung lebih cepat: artinya pacu jantung yang biasanya normal, pasca trauma agak lebih cepat. 

Ada pula gejala trauma kognitif yang sering muncul pada anak setelah terjadinya bencana, seperti mimpi buruk, suka keliru, imbaskenang, suka curiga, suka menyalahkan orang lain, pelupa, berantakan, dan tidak dapat fokus. 

Gejala trauma yang sering muncul adalah mengeluarkan emoosi berupa ketakutan. Anak sering memperlihatkan ketakutan pada sesuatu yang bahkan kadang tak logis. Selain itu anak juga sering memperlihatkan perasaan yang menunjukkan bahwa ia bersalah sehingga cendrung suka menghindar dan tidak mau bertemu orang lain. Phobia adalah salah satu yang sering terjadi, anak yang mengalami phobia suka takut kepada sesuatu tanpa sebab yang jelas. Terkadang anak-anak suka terkejut dan sedih tanpa sebab. 

Peran keluarga dalam pemulihan trauma itu sangat penting karena proses pemulihan bergantung pada factor sosial lingkungan yang dibentuk. Bila mendapati adik, anak atau keluarga yang berusia kanak-kanak dengan gejala seperti yang disebutkan di atas maka kita harus waspada dan mendampingi mereka agar cepat pulih seperti sedia kala. (LS)

Sumber:

Hatta, K. (2015). Peran orangtua dalam proses pemulihan trauma anak. Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies1(2), 57-74.