Disasterchannel.co,- Suasana di Nusa Dua, Bali begitu riuh dengan kehadiran banyak sekali tamu dari 193 negara. Pada tanggal 23/05/2022 menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan bagi negara ini ataupun dunia, sebab kali ke 7 Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) diselenggarakan di Pulau Dewata. Bali Nusa Dua Convention Center bergema dengan sajian pembukaan yang diawali dengan tarian Asmaradana dilanjutkan pembacaan puisi yang begitu menggugah hati dari UNHCR Goodwill Ambassador Ms. Emtithal Mahmoud.
Amina J. Mohammed wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan kata sambutannya dengan menyampaikan apresiasi Perserikatan Bangsa-Bangsa kepada presiden Indonesia dan pemerintah serta rakyat karena telah menjadi tuan rumah global platform for disaster risk reduction 2022.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa Indonesia adalah mitra penting yang memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada dunia tentang pengurangan risiko bencana. Kesediaan Indonesia untuk menjadi tuan rumah pertemuan penting ini. Kali Ini adalah platform global pertama sejak awal pandemi COVID-19. Itu terjadi ketika krisis global berlipat ganda dengan efek yang menghancurkan terutama pada yang termiskin dan paling rentan. Orang-orang di seluruh dunia mengalami dampak darurat iklim setiap hari.
Perang di Ukraina berkontribusi pada harga roket makanan dan harga energi yang sangat tinggi dengan implikasi serius bagi sistem keuangan global. Pada saat yang sama kita juga menghadapi ancaman terus-menerus dari bencana lainnya. Kika keadaan terus berlanjut, kita akan mengalami 1,5 bencana skala menengah hingga besar setiap hari pada tahun 2030.
Selanjutnya, Presiden Indonesia, Joko Widodo memberikan sambutannya dengan memaparkan kebaikan-kebaikan yang telah berhasil dilakukan negara ini dalam menanggulangi bencana. Jokowi menyebut bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana di tahun 2022 saja per 23 Mei telah terjadi bencana sebanyak 1613, dan rata-rata dalam sebulan terjadi 500 kali gempa skala kecil maupun besar. Gempa besar disertasi tsunami terakhir terjadi di Sulawesi tahun 2018, sebanyak 2113 orang meninggal.
Selain itu, dengan 139 gunung api aktif yang mengancam masyarakat Indonesia. Sepanjang 2015 hingga 2021 tercatat 121 letusan gunung berapi terjadi di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan juga merupakan ancaman besar bagi negara ini. Kebakaran hutan dan lahan pada 1997 dan 1998 merupakan kebakaran terbesar yang pernah dialami Indonesia yang membakar 10 juta hektar lahan. Sepanjang 2021 Indonesia berhasil sudah merestorasi hutan gambut seluar 3,4 juta hektar. di tahun yang sama Indonesia juga berhasil menurunkan kebakaran hutan secara dari 2,6 juta hektar menjadi 358 ribu hektar.
Pembelajaran penanggulangan pandemi COVID-19 yang dilakukan Indonesia pun dipaparkan. Negara ini telah melakukan kebijakan dinamis sesuai situasi terkini dengan menjalankan kebijakan sistem gas dan rem, sistem ini terbukti menyebabkan dampak baik. Selain itu, populasi 270 juta orang tela, Indonesia telah berhasil menyuntikkan 411 juta dosis vaksin. Hal ini berimbas pada penurunan kasus harian yang semula pada puncak menembus angka 64 ribu kasus menjadi 345 kasus harian per 22/05/2022.
“Daya tahan dan kesiapsiagaan sangat menentukan angka kerugian yang harus ditanggung akibat bencana. Semakin tidak siap semakin besar kerugiannya, apalagi sekarang dunia telah mengalami climate change. Dengan Tantangan kebencanaan berat dan bisa terjadi setiap saat masyarakat dan pemerintah harus siaga dan sigap menghadapi bencana” ujar Joko Widodo.
Negara ini terus membangun sistem peringatan dini multi bencana serta perwujudan masyarakat yang sadar dan tangguh akan bencana.
“Dalam GPDRR kali ini pemerintah Indonesia menawarkan konsep resiliensi berkelanjutan sebagai solusi untuk menjawab tantangan risiko sistemik menghadapi semua bentuk bencana termasuk menghadapi pandemi dan sekaligus mendukung implementasi pembangunan berkelanjutan” kata Joko Widodo.
Selanjutnya, Joko Widodo menjabarkan empat pesan kunci, sebagai berikut:
- Kita harus memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif dan adaptif, menghadapi bencana. Pendidikan aman bencana serta kelembagaan pemerintahan dan sosial yang sinergis tanggap menghadapi bencana harus menjadi prioritas kita bersama.
- Setiap negara harus berinvestasi dalam sains, teknologi dan inovasi termasuk dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi. Akses pendanaan merupakan isu yang penting yang harus ditangani secara serius. Indonesia menyusun strategi pendanaan dan asuransi bencana dengan membentuk dana bersama atau pooling fund serta pendanaan dana pembangunan di tingkat desa melalui dana desa untuk mendukung upaya mitigasi dan kesiapsiagaan.
- Membangun infrastruktur yang tangguh bencana dan tangguh terhadap perubahan iklim. Selain mitigasi infrastruktur fisik seperti DAM, pemecah ombak, waduk dan tanggul, infrastruktur hijau seperti hutan mangrove cemara udang di pantai dan vetiver untuk anti longsor serta pembangun ruang terbuka hijau harus menjadi bagian dari prioritas pembangunan Infrastruktur. Perlindungan kepada masyarakat kelompok rentan yang bertempat tinggal di wilayah berisiko tinggi harus mendapatkan perhatian serius.
- Berkomitmen untuk mengimplementasikan kesepakatan global ditinggal nasional sampai tingkat lokal, Sendai Framework for Disaster Risk Reduction, Sustainable Development Goals (SDGs), Paris agreement merupakan persetujuan internasional yang penting dalam upaya PRB dan perubahan iklim.
Joko Widodo mengajak seluruh negara berkominten dan bersungguh sungguh dalam mengimplementasikannya. Pengurangan risiko bencana adalah investasi efektif untuk mencegah kerugian di masa depan. Karena itu kami menegaskan Komitmen Indonesia untuk melaksanakan Kerangka Kerja Sendai serta komitmen internasional lainnya.
Selanjutnya ia menambahkan “Indonesia juga siap berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam mitigasi bencana. Sebagai daerah rawan bencana, Indonesia mempunyai akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang bisa menjadi pelajaran penting bagi dunia, tapi Indonesia juga ingin, sangat ingin belajar dari pengalaman internasional”. (LS)
Photo: porosbali.com