Lima Jurus Terjitu Menulis Kreatif untuk Pengurangan Risiko Bencana

PUBLISHED

Disasterchannel.co,- “Kenapa sih kalo ngomongin tentang bencana selalu sedih, menderita, lama-lama bosen juga” kata salah satu peserta yang namanya tidak boleh disebut seperti Voldemort dalam serial Harry Potter.

Sobat DC pasti tau banget ni gimana pemberitaan tentang bencana yang lagi ramai-ramainya beredar di media, terkadang kita bahkan jadi parno dan kesal dibuatnya. Bencana banjir tiap tahun, belum lagi longsor dan puting beliung selalu muncul, apalagi bencana gempa yang kejadiannya beberapa detik tapi pemberitaan dampak kesengsaraannya bisa muncul berbulan-bulan. Semua pemberitaan duka cita terus dicekoki hingga kita gumoh sendiri. Padahal ada hal lain yang harusnya perlu kita waspadai. 

Kita bukan cuma butuh berita sengsara korban bencana ataupun kerusakan yang terjadi dimana-mana. Satu hal yang seharusnya kita tahu adalah bencana serupa atau lebih buruk bisa terjadi di masa depan bila kita tak siapsiaga. Salah satu cara memberitahu masyarakat mengenai ancaman bencana adalah dengan memanfaatkan media.

Disasterchannel.co didukung Asia Pacific Alliance for Disaster Management Indonesia (APADM Indonesia) mengadakan kelas menulis kreatif untuk kampanye pengurangan risiko bencana pada 31/01/2023. Diikuti oleh berbagai macam peserta dari daerah dan latar belakang berbeda yang diselenggarakan secara hybrid melalui aplikasi zoom dan di Salihara Art Center, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Ruang tenang serba hitam seolah menjadi berwarna dengan paparan yang diberikan oleh S. Panata Harianja, salah satu senior copywriter yang sudah tersohor namanya. Semua sobat DC yang hadir diberikan lima jurus terjitu untuk kampanye pengurangan risiko bencana dengan bermodal sosial media.

Langkah pertama, kita harus memahami macam-macam penulisan kreatif. Bila kita ingin mengkampanyekan pengurangan risiko bencana, maka kita harus menciptakan tulisan kreatif dengan tujuan tersebut.

Langkah kedua, kita harus menetapkan tujuan yang terfokus, sederhana dan tidak banyak agar dapat mudah dilakukan.

Langkah ketiga, kita harus mengetahui siapa yang kita ajak berkomunikasi dalam setiap produk kampanye yang dibuat. 

Langkah keempat, cobalah untuk membuat tampilan website atau sosial media yang menarik. Buatlah judul yang menarik agar mengundang pembaca untuk mengunjungi website yang kita miliki.

Langkah terakhir, kita sedang ada di era konvergensi media, maka kita harus berkolaborasi dengan media lain.

Hampir semua netizen Indonesia sukanya konten-konten receh yang kalau kita melihat atau membacanya bisa mengundang tawa. Beda dengan konten bencana yang bisa dibilang begitu-begitu aja. Mereka bahkan tidak menganggap penting bencana dalam hidupnya. Bagaimana bisa kita melakukan kampanye pengurangan risiko bencana dalam lingkungan seperti ini?. salah satu jalannya adalah kita harus mencoba berbagai resep menulis kreatif untuk bisa berselancar pada gelombang ada saat ini. (LS)