Peneliti Berkata Gempabumi Cilacap Sepuluh Tahun Lalu Adalah Kejadian yang Unik

PUBLISHED

Disasterchannel.co – Mengunjungi pantai selatan Jawa, jangan lupa mampir ke daerah Cilacap. Di daerah ini terdapat banyak sekali tempat wisata, di antaranya adalah Benteng Pendem yang merupakan benteng peninggalan Belanda sejak tahun 1861. Setelah puas mengunjungi Benteng Pendem, perjalanan bisa dilanjutkan ke Pantai Teluk Penyu untuk menikmati indahnya gradasi warna jingga tepat di belakang pulau tawanan Nusakambangan ketika sunset tiba.

Siapa sangka, bahwa ternyata tepat sepuluh tahun yang lalu daerah cilacap ini sempat mengalami kepanikan yang tiada tara kala itu, karena gempabumi yang terjadi pada 4 April 2011. Gempa berkekuatan 7,1 SR mengguncang barat daya Cilacap dan dirasakan hingga Jakarta dan sekitarnya. BMKG menyebut gempa yang terjadi berpotensi tsunami itu berada di kedalaman 10 KM dengan lokasi 10,01 lintang selatan 107.69 BT. Terletak pada 293 km barat daya Cilacap Jawa Tengah, 303 km barat daya Tasikmalaya, Jawa Barat, 306 km barat daya Ciamis, Jawa Barat dan 334 km barat daya Purwokerto, Jawa Tengah dan 437 km tenggara Jakarta.

Foto : via: wisatapantai.net – Pantai teluk penyu. Pantai indah untuk bermain-main, dan berbelanja oleh-oleh

Cilacap merupakan salah satu daerah dengan posisi geografis dan geologis yang termasuk daerah rawan bencana geologi. Tak heran bila pada 4 April 2011 lalu, daerah ini diguncang gempa kuat. Daerah Cilacap berada di selatan Pulau Jawa yang berhadapan langsung dengan jalur gempabumi yang bersumber dari zona subduksi antara lempeng Indo-australia dan lempeng Eurasia. Hal ini memberikan dampak bagi daerah Cilacap sebagai daerah yang rawan gempabumi dan tsunami.

Kata “unik” terlontar dari pakar gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano saat menanggapi gempa ini. Berdasarkan pengamatan para pakar, menyebutkan bahwa dari berbagai data yang dikumpulkan, pusat gempa diketahui berada dalam lempeng Hindia Australia yang bergerak turun. Bukan pada zona tumbukan atau subduksi lempeng Hindia Australia, seperti pada lindu dan tsunami Pangandaran 2006 dan juga gempa Tasikmalaya pada 2011. Irwan Meilano yang merupakan peneliti Geodesi ITB menyebutkan bahwa gempa Cilacap ini terjadi di sesar turun, ini pola yang menarik.Sebaliknya jika terjadi pada sesar naik, gempa bisa mengakibatkan tsunami. Selain itu tsunami tidak muncul setelah gempa Cilacap karena magnitude gempa dinilai tidak terlalau besar untuk pola sesar turun.

Menurut Irwan Meilano, lokasi gempa pada sesar atau patahan turun itu sebenarnya kecuraman bidang gempa Cilacap. United States Geological Survey (USGS) mencatat sudut bidang gempanya lebih dari 40 derajat kalau dibidang kontak tumbukan dua lempeng biasanya di kemiringan 12 derajat.

Kejadian lebih unik terjadi 22 hari setelah kejadian gempa pada 4 April 2011. Cilacap kembali digoncang gempa pada Selasa, 26 April 2011 dengan kekuatan 6,3 SR pada pukul 13.39 WIB. Mengenai fenomena gempa beruntun ini, pakar gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Danny Hilman Natawidjaja menjelaskan bahwa Cilacap memang berada dalam wilayah gempa. “kenapa ada peningkatan seismik karena sejak 2006 banyak gempa disitu. Di Yogyakarta, Pangandaran, Ciamis, sedang penyesuaian” ujarnya.

Foto : travel.detik.com – Pantai Permisan. Pantai dengan pasir putih dan semilir angin yang menyejukkan

Selanjutnya ia berkata “Untuk diketahui, potensi terjadinya bencana bisa dilihat dari sejarah. Jika pernah ada bencana besar di wilayah tersebut, ada kemungkinann itu berulang. Bagaimana dengan Cilacap, untuk gempa besar sampai 100 tahun yang lalu, tidak ada. Namun perlu data sejarah yang panjang untuk mengetahui sampai 1000 tahun mungkin itu yang belum ada” ucap Danny.

Bila Bung Karno pernah berkata, “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Agaknya kata-kata itu benar-benar harus diterapkan di wilayah Cilacap dan bahkan di seluruh wilayah yang rawan terhadap bencana geologi. Sebab sangat penting untuk mengingat sejarah kejadian gempa, karena kejadian gempa kemungkinan dapat berulang.

Jangan sampai kejadian memilukan yang terjadi di gempa 4 April 2011. Pada saat itu ada warga Cilacap mengalami kepanikan yang besar saat melakukan evakuasi. Sampai ada seorang warga yang tewas saat melakukan evakuasi. Panik melanda seluruh warga yang tinggal di Kota Cilacap, pasca diguncang gempa berkekuatan 7,1 SR pada pukul 03.06 WIB, ribuan warga Cilacap berusaha menyelamatkan diri ke arah utara menjauhi bibir pantai.

Musibah tidak terelakkan, Trisyuni (45) yang merupakan warga perumahan Tegalsari RT 7 RW 16 Kelurahan Tegal Kamulyan Cilacap Selatan harus tewas di jalan menuju kawasan bandara Tunggul Wulung, Jeruk Legi yang berjarak 17 km dari rumahnya. Trisyuni tewas lantaran saat evakuasi ia panik dan kemudian pingsan. Pengetahuan mengenai potensi bencana dan latihan evakuasi ternyata tidak bisa dianggap sepele, bahkan perkara panik saja bisa meregang nyawa. (LS)

Sumber: Tempo.co, Viva.com