Disasterchannel.co,- Bata bercorak begitu banyak ditemukan di Situs Trowulan. Diduga tempat ini adalah pusat kerajaan Majapahit. Sebab di sekitar wilayah Trowulan banyak ditemukan pondasi bangunan, candi, gapura, reservoir air dan umpak-umpak rumah. Kompleksnya penemuan di wilayah Trowulan seolah menjadi pertanda bahwa dahulu kerajaan Majapahit berdiri begitu megah. Tak heran jika tinggalan kerajaan ini banyak, sebab kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan hingga Indonesia timur.

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang berdiri sekitar tahun 1293 – 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 – 1389. Sebab kemunduran kerajaan ini seolah seperti sebuah misteri yang sulit ditelusuri.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hancurnya Kerajaan Majapahit dapat dikarenakan oleh letusan Gunungapi Welirang atau Anjasmoro yang disertai dengan banjir besar. Kemungkinan lain adalah aliran lahar dari piroklastik yang berasal dari Gunung Welirang. Diperkirakan aliran benda-benda lepas hasil longsoran dari kompleks Gentonggowahgede dapat saja meluncur melalui lembah Jurang Celot dan langsung melintasi daerah Jatirejo dan menimpa daerah pusat Kerajaan Majapahit. Besar kemungkinan, longsoran ini dapat diawali oleh gempa hebat dan banjir sungai yang besar.

Ratusan tahun telah berlalu sejak kemunduran kerajaan Majapahit. Pada masa kolonial, wilayah Mojokerto, tempat ibukota kerajaan Majapahit berdiri sempat mengalami gempa besar. Menurut katalog gempa dan tsunami yang diterbitkan oleh BMKG dengan judul “Katalog gempa Bumi Signifikan dan Merusak 1821-2017”, wilayah Mojokerto mengalami gempa pada 22 Maret 1836. Gempa ini mengakibatkan banyak bangunan yang rusak. Guncangan yang dirasakan kala itu sebesar VII-VII MMI (Skala Modified Mercalli Intensity), yang berarti getaran tersebut sudah mampu membuat kerusakan terhadap konstruksi bangunan. Skala Modified Mercalli Intensity (MMI) sendiri merupakan satuan ukuran kekuatan gempa bumi, berdasarkan kerusakan yang diakibatkan oleh gempa tersebut.
Berabad-abad kemudian, Mojokerto kembali diguncang gempa. Pada 20 November 2021 sekitar jam 17:15 WIB, masyarakat di daerah Mojokerto dikagetkan dengan getaran gempa dengan kekuatan 2,7 Skala Richter. Meskipun gempa tersebut memiliki kekuatan yang tergolong kecil, akan tetapi masyarakat sekitar cukup merasakan guncangan yang diakibatkan oleh gempa tersebut. Beruntung karena kekuatan gempa tersebut yang lemah, masyarakat dan pemerintah tidak mengalami kerugian apapun.
Berbagai studi kemunduran kerajaan Majapahit, catatan gempa pada zaman kolonial dan juga catatan gempa pada era kemerdekaan telah menggambarkan bahwa wilayah Mojokerto pernah mengalami gempa dari intensitas besar hingga kecil. Sejarah gempa seolah menjadi pertanda bagi kita untuk waspada dan siapsiaga, sebab gempa bisa datang kapan saja. (Abdurrahman Heriza/ Lien Sururoh)
Sumber:
Safitri, S. (2015). Telaah Geomorfologi Kerajaan Majapahit. Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 4(1).
Urip Setiyono, S.Si, M.DM. et al., “Katalog Gempa yang Signifikan dan Merusak” (BMKG, 2018) h 234.
Reporter: Zainul Arifin, “Gempa M 2,7 SR Guncang Mojokerto, Belum Ada Laporan Kerusakan,” Berita Online Jawa Timur, November 20, 2021, accessed March 25, 2023, https://jurnaljatim.com/2021/11/gempa-m-27-sr-guncang-mojokerto-belum-ada-laporan-kerusakan/.