4 Tahun Tsunami Selat Sunda dan Ancaman Bencana Gempa yang Mengintainya

PUBLISHED

Disasterchannel.co,- Detak jarum jam terus berputar, hingga sampai pada peringatan 4 tahun tsunami Selat Sunda. Masih sangat jelas ingatan warga di pesisir pantai barat Banten dengan kejadian bencana tsunami yang diam-diam mematikan. 

Tepat empat tahun lalu, pada 22 Desember 2018 terjadi tsunami yang menyapu sebagian daratan, seperti daerah wisata Pantai Tanjung Lesung, Pantai Carita dan daerah-daerah pesisir pantai barat Banten lainnya, daerah Lampung Selatan, Tanggamus, Pesawaran dan Bandar Lampung. Tsunami ini menyebabkan korban meninggal sebanyak 437 orang, sedangkan korban yang dilaporkan hilang sebanyak 16 orang. Lebih dari 14 ribu orang mengalami luka-luka dan pengungsi mencapai 33.719 orang. Rumah yang rusak sebanyak 2.752 unit. Wilayah yang terdampak meliputi 6 kabupaten/kota, yaitu Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus, Pesawaran dan Bandar Lampung.

Tsunami yang terjadi empat tahun lalu di Selat Sunda adalah tsunami yang disebabkan oleh karena longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Peristiwa longsoran di bawah laut sangat dipengaruhi oleh perbedaan kedalaman dasar laut. Dasar laut perairan Selat Sunda merupakan daerah labil, yang diakibatkan oleh perkembangan struktur geologi aktif, terutama berkaitan dengan struktur terban (gempa runtuh) Semangko. Keberadaan struktur terban ini berpotensi untuk terjadinya longsoran di bawah laut (submarine landslide).

Selain dari ancaman tsunami yang bersumber dari aktivitas Gunung Anak Krakatau, wilayah Selat Sunda juga memiliki ancaman tsunami dari aktivitas tumbukan lempeng. Deri Dariawan, Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Prov. Banten sekaligus ketua IAGI Pengda Banten mengatakan bahwa Banten memang tercatat memiliki ancaman gempa, tsunami, tanah bergerak dan likuifaksi, hal ini juga disampaikan oleh. Lebih jauh Deri menjelaskan bahwa gempa diakibatkan karena kondisi geologi Banten, yang merupakan sistem sesar yang dipengaruhi oleh daya yang mendorong dari lempeng Indo-Australia ke arah utara, kemudian dipengaruhi juga oleh sesar Sumatera atau disebut sesar Semangko, yang menerus ke arah utara sampai dengan Lampung dan menerus ke Ujung Kulon. Struktur geologi yang berkembang selain mengakibatkan kegiatan tektonik juga kegiatan vulkanik, dengan munculnya gunung api di sekitar Banten, baik yang aktif atau pun tidak.  Kondisi ini juga memperkaya wilayah Banten dengan sumber mineral.

Bicara soal Megathrust, berdasarkan analisis para ahli, terdapat istilah yang disebut seismic gap. Seismic gap, adalah kawasan yang aktif secara tektonik namun sangat jarang mengalami gempa dalam jangka waktu yang lama.  Gempa besar jarang tercatat di wilayah seismic gap, menurut Deri hal ini dapat mengakibatkan gempa dengan potensi kekuatan sebesar 8.4 SR menurut BMKG, atau 9 SR menurut hasil penelitian lainnya.  

Penelitian Hanifa N.R., 2014 menyebutkan bahwa daerah selatan bagian barat Pulau Jawa tidak adanya catatan mengenai gempa bumi dengan magnitudo lebih besar dari 5 selama periode instrumental katalog USGS. Juga tidak ada laporan tentang sejarah gempa bumi megathrust di daerah ini. Diasumsikan bahwa antarmuka lempeng di barat daya Jawa telah terkunci pada status saat ini selama 300 tahun terakhir maka akumulasi energinya akan menghasilkan gempa 8,7 Mw. Lebih lanjut Hanifa dalam penelitiannya mengasumsikan daerah Ujung Kulon–Pelabuhan Ratu merupakan celah seismik dan menghipotesiskan gempa yang dapat terjadi mampu menghasilkan tsunami dengan ketinggian tsunami maksimum 2 hingga 7 m.

Sementara pemodelan tsunami dari penelitian Widiyantoro et al, 2020 menunjukkan  pola dasar tinggi gelombang puncak di sepanjang pantai selatan Jawa serupa, dengan amplitudo terbesar terjadi di barat dan tinggi gelombang maksimum rata-rata di sepanjang pantai antara 4 dan 5 m.

Penelitian Ponangsera et al, 2021 mengemukakan bahwa selisih waktu datang tsunami terpendek berada di daerah Pandeglang, Banten dengan waktu emas 5 menit 10 detik, Lebak dengan waktu emas 9 menit 30 detik. Waktu emas adalah selisih waktu untuk mengungsi atau menyelamatkan diri dari ancaman potensi tsunami pasca gempa di Zona Subduksi Megathrust Segmen Selat Sunda. Pemodelan tsunami di Zona Subduksi Megathrust Segmen Selat Sunda menghasilkan run-up tsunami sebesar 5,99 meter dan waktu emas 40 menit 19 detik di Banten.

Empat tahun bukan waktu yang singkat untuk menyadari bahwa daerah ini begitu rawan terhadap bencana. Seperti contoh, Suparman, Warga Kampung Legon Pakis, Desa Ujungjaya Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten. Beliau adalah salah satu yang rumahnya terhempas oleh ganasnya gelombang tsunami empat tahun lalu. Berbekal pengalaman dan pembelajaran mitigasi bencana dari berbagai sumber, Suparman memiliki strategi untuk menyelamatkan keluarga dan harta bendanya. Salah satu upayanya adalah menyiapkan tas siaga bencana. Saat gempa terjadi pada 14 Januari 2022 silam, Suparman lekas membawa tas siaga bencana dan sigap mengungsikan istrinya ke rumah sanak saudara yang jauh dari tepi pantai. Hal yang sama juga dilakukan oleh warga Kampung Paniis, Desa Tamanjaya, Kec. Sumur, Pandeglang, Banten. Semua belajar dari kejadian di masa lalu dengan harapan hal dapat mengurangi dampak yang akan terjadi bila bencana benar benar datang menghampiri.

Sumber:

https://bnpb.go.id/uploads/24/info-bencana-desember-2018.pdf

Yudgicara dan Budiono K, 2008, Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog tsunami Soloviev. Juenal Geologi Indonesia, Vol.3 No. 4 

Hanifa, N. R. et al. Interplate coupling model of the southwestern coast of Java, Indonesia, based on continuous GPS data in 2008–2010. Earth Planet. Sci. Lett. 401, 159–171. https://doi.org/10.1016/j.epsl.2014.06.010 (2014)

Widiyantoro, S., Gunawan, E., Muhari, A., Rawlinson, N., Mori, J., Hanifa, N. R., … & Putra, H. E. (2020). Implications for megathrust earthquakes and tsunamis from seismic gaps south of Java Indonesia. Scientific reports10(1), 1-11.

Ponangsera, I. S., Kurniadi, A., Puspitosari, D. A., & Hartono, D. (2021). Determination of tsunami run-up and golden time in the megathrust subduction zone of the sunda strait segment. In E3S Web of Conferences (Vol. 331, p. 07007). EDP Science